Bernafas di Negeri Adi Daya, Negeri Paman Sam
Bernafas di Negeri Adi Daya, Negeri Paman Sam
Nama saya Ratu Nadhirah El Sarah dan sampai saat ini saya masih berstatus sebagai santriwati di Mahad Darul Arqam Muhammadiyah Garut kelas 12 A Putri.
Puji Tuhan Allah SWT. yang telah memberikan sentuhan tangan-tangan keajaibanNya kepada hidup saya dalam 2 tahun terakhir ini. Alhamdulillah, satu tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 6 Agustus 2012 saya beserta 79 orang teman-teman saya yang beruntung lainnya dapat terbang meninggalkan negeri rempah-rempah, indonesia ini dan menyongsong kehidupan baru kami kedepan, di Negeri Adi Daya, Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
Merupakan proses yang teramat panjang semenjak saya mendaftarkan diri dalam program pertukarn pelajar ini tahun 2011lalu hingga akhirnya saya resmi terpilih sebagai salah seorang siswa penerima beasiswa penuh dari pemerintah Amerika Serikat untuk menjalankan program pertukaran pelajar ini pada tahun ajaran 2013-2014.
Waktu itu saya tinggal di Kota Beltsville, Maryland. Lokasinya berada sangat dekat dengan perbatasan antara Washington DC yang merupakan ibu kota Amerika Serikat, Virginia dan Maryland sehingga saya bisa disebut sebagai anak kota. Keluarga angkat saya, Maha Besar Allah SWT. Pada saat itu adalah sebuah keluarga yang berasal dari New York City, Amerika Serikat dan juga mempunyai garis keturunan dari Afrika yang menganut ajaran islam, subhanallah.
Kegiatan pokok saya sehari-hari yaitu bersekolah tentunya. Pada saat itu saya masuk sebagai siswa kelas 12, atau disana biasa disebut sebagai senior year. Sekolah saya bernama High Point High School, sekolah yang sangat besar dan juga padat penduduk, memiliki kurang lebih jumlah total 4000 siswa. Di sekolah ini saya mendapatkan banyak teman baru, tentunya. Yang menarik, pada saat itu saya merasa sepertinya seolah-olah saya sedang berkeliling dunia. Ini yang sangat hebat dari sekolah-sekolah di Amerika, saya bisa berteman dengan berbagai macam teman-teman baru yang sangat berbeda dari mulai ras, asal negara, background agama dsb.
Saat itu saya berteman dekat dengan Yen Vu dari Vietnam, Michelle Lirazan dari Filipina, Thaliya Acevedo dari El Salvador, Anna Grosso dari Italia, Edward Adutwum dari Ghana, Andynatanaraja dari Madagascar, Lincoln Korani dari Bangladesh, Thang Tei dari Myanmar, Duret Khadi dari Ethiopia, Micah Campbell dari Jamaika dan masih banyak lagi. Luar biasa, bukan?
Ajaib tapi nyata, di sekolah saya yang pada saat itu bersiswakan kurang lebih 4000 siswa hanya terdapat 2 orang siswa pertukaran pelajar yaitu saya dari Indonesia dan Anna dari Italia. Pada awalnya, saya mengira menjadi siswa baru itu akan memudahkan saya untuk mendapatkan banyak teman namun ternyata saya salah. Seperti saya katakan tadi bahwa teman-teman saya berasal dari berbagai penjuru dunia, otomatis sudah bukan hal baru lagi bagi mereka untuk melihat wajah asia seperti saya dan pada akhirnya saya diperlakukan selayaknya siswa-siswa yang lainnya.
Hari-hari pertama sekolah, saya mengalami kesulitan yang teramat banyak. Dimulai dari guru-guru saya yang mengajar menggunakan bahasa inggris, bangunan sekolah yang 4 tingkat sehingga kemungkinan nyasar itu besar sekali, tidak punya teman dan lain sebagainya. Namun seiring berjalannya waktu semua kesulitan itu dapat perlahan teratasi sepenuhnya, karena percayalah bahwa orang-orang Amerika itu ramah luar biasa dan sangat terbuka terhadap foreigners (orang asing).
Terlepas dari lingkup sekolah, hal ajaib yang selalu saya lakukan selama disana adalah berjalan kaki. Untuk informasi, di Amerika itu tidak ada yang namanya angkot, ojeg, bemo, bajaj apalagi becak. Melihat orang yang mengendarai motor saja sudah sangat jarang, mungkin hanya satu dua, yang ada hanyalah Metro buses, Metro Subway (kereta bawah tanah) dan mobil-mobil pribadi yang memadati jalanan. Dengan keadaan ini, pernah suatu saat saya harus pergi ke kantor pos tetapi tidak ada angkutan umum yang pergi ke daerah sana, maka saya memutuskan untuk berjalan kaki. Waktu itu di Amerika sedang summer (musim panas), suhu di luar diperkirakan mencapai hampir 80 derajat keatas dalam satuan fahrenheit yang berarti sangat panas. Saya terus berjalan hingga merasa sangat kelelahan dan akhirnya dibanjiri keringat, saking capeknya, waktu itu saya sampai merasa bahwa saya hampir pingsan (serius). Singkat cerita, akhirnya saya sampai ke kantor pos dan kembali lagi ke rumah dengan berjalan kaki, setelah dihitung-hitung ternyata jarak dari rumah saya ke kantor pos itu memakan waktu hampir 2 jam dengan berjalan kaki pulang-pergi dan itu merupakan pengalaman pertama saya berjalan kaki sendiri di Amerika. Sejak saat itu saya selalu berjalan kaki kemana pun saya pergi (jika tidak bersama host family/ keluarga angkat) seperti berjalan kaki ke perpustakaan kota, bank, supermarket, KFC, McDonald, bahkan saya pun pernah berjalan kaki dari sekolah saya ke rumah yang memakan waktu kurang lebih 40 menit.
Selain itu, hal menarik lainnya yang pernah saya lalui selama disana adalah bertemu dengan senator Virginia, Lincoln G. Baker dan supervisor dari Presiden Barrack Obama dalam acara penggalangan dana untuk pemilu presiden di Amerika Serikat. Selain itu, saya juga berkesempatan untuk berpartisipasi dalam menyaksikan langsung upacara penobatan Presiden Barrack Obama dan wakilnya Joe Biden yang ke 45 di washington DC pada Bulan Januari lalu. Kemudian, saya juga merasa sangat beruntung mendapatkan tiket untuk masuk ke halaman White House (Gedung Putih) yang mana merupakan tempat tinggalnya Presiden Obama dan keluarga dalam acara ‘White House Garden Spring Free Tour’. Beberapa kali juga saya bersama kegiatan ekstrakulikuler di sekolah mengadakan study banding ke kantor-kantor pemerintahan setempat, seperti Maryland House of Representatives, DC Supreme Court, Capitol Building dan masih banyak lagi yang lainnya.
Pada intinya, segala hal yang saya lakukan dan terjadi pada saya sebelum, selama dan setelah saya berada di Amerika sana merupakan hal-hal yang sangat harus untuk disyukuri. Mungkin apa-apa yang telah tertulis disini hanyalah setitik dari ribuan kata-kata dalam buku petualangan saya di Amerika, yang pasti suka duka telah terlewati dan banyak sekali pelajaran, pengalaman dan hal-hal baru yang saya dapatkan dari sana. Semoga saja dapat menjadikan saya lebih baik lagi di kemudian hari. Amin.
Terimakasih Allah SWT.,
Terimakasih Paman Sam